Kepedihan Bu Vero dapat di lihat dari Raut Wajah yang mengangis dalam bacaan surat Ahok. |
Menerima keputusan hakim dengan ikhlas lapang dada demi NKRI. Saya ingin hadir melihat pers konpers Bu Vero. Tengah hari tadi, saya meluncur ke Warung Daun Cikini untuk melihat langsung pers konpers Bu Vero.
Kabarnya Bu Vero dan keluarga akan menyampaikan pencabutan memori banding. Sayangnya pers konpers dipindahkan ke Restauran Gado Gado Boplo Menteng. Saya mengejar ke Menteng. Tiba di sana pers konpers sudah selesai.
Di dalam restauran hanya terlihat ramai relawan dengan wajah sendu sambil berbisik bisik. Aku melaporkan live via FB kondisi terkini di sana meski Bu Vero sudah meninggalkan lokasi. Hanya ada Pak Wayan pengacara Pak Ahok terlihat.
Saat menikmati segelas cendol, layar TV menyiarkan ulang momen saat Bu Vero membacakan surat suaminya. Surat yang ditulis Ahok pada 21 Mei 2017 di Mako Brimob itu ditulis untuk relawan dan pendukungnya. Di layar TV saya melihat air mata Bu Vero mengalir deras tak terbendung.
Wajahnya menyiratkan air mata yang tertahan sejak lama. Derita batin seorang istri ditinggal suami yang dicintainya. Hidup suaminya dirampas kemerdekaannya dari sesuatu kejahatan yang tak pernah ia niatkan. Mataku berkaca-kaca saat melihat Bu Vero menangis dengan suara parau.
Hari-harinya pasti dijalani dengan begitu berat. Tidak sama lagi seperti hari-hari sebelumnya.
Separuh jiwanya melayang. Tidak ada lagi doa bersama di meja makan. Tidak ada lagi kesibukan menyiapkan dasi dan sarapan pagi buat Pak Ahok, suami yang dicintainya.
Yang ada hanya pertanyaan sendu dalam batinnya yang tercabik.
"Duhai Ibu Pertiwi..Apa salah suamiku padamu?
Ia tidak mencuri sepeserpun uang milikmu.
Ia menjaga dengan perisai dadanya mempertahankan uang milikmu.
Ia menghunus pedang buat mafia yang hendak mencuri uang milikmu.
Ia mendedikasikan sepenuh jiwa utuh penuh untuk rakyatnya.
Di mana engkau Ibu Pertiwi?".
Tak ada jawaban.
Hening.
Senyap.
Sunyi.
Senyunyi kelamnya malam saat purnama bersembunyi di balik pohon cemara.
Pertanyaanmu tak berjawab.
Pertanyaanmu tak seorangpun bisa menjawab.
Semua hanya menggeleng.
Semua hanya bisa menarik nafas.
Bu Vero, percayalah...terkadang sebuah peristiwa getir dan perih tidak memerlukan jawaban.
Bukan karena kami tidak mau menjawabnya bu Vero.
Bukan karena kami tak mau menjawab pertanyaan perihmu.
Bukan karena kami kecut hati lalu lari menghindar untuk memberi mu jawaban.
Bukan.
Bukan itu.
Kami hanya mau katakan bahwa kantong air mata kami telah kering sejak Ahok diputus penjara 2 tahun pada 9 Mei lalu. Kami tidak mampu memberimu jawaban atas kekejian bangsa ini kepadamu Bu Vero. Kami hanya ingin memeluk dan menangis bersamamu. Itu saja.
Karena perihmu adalah perih kami juga. Getir luka batinmu adalah luka batin kami juga. Bertahanlah bu Vero karena kami semua bersamamu. Semoga Tuhan mengampuni orang yang mengambil kebahagiaan hidupmu.
Salam perjuangan, Birgaldo Sinaga. Bu Vero Kami Bersamamu
Sumber : Liputankompas.com
0 Response to "Bertahanlah Bu Vero Kami Bersamamu Selamanya Oleh : Birgaldo Sinaga"
Posting Komentar