TribunQQ

Untuk Pak SBY Mohon Untuk Tidak Bunuh Diri Ya.

Untuk Pak SBY Mohon Untuk Tidak Bunuh Diri Ya.

Pak SBY Saya masih ingat, waktu itu saya masih di Jepang, berita tentang Bapak sampai didengar oleh ibu angkat saya. Beliau bilang, kalau Pak SBY itu doktor bidang pertanian. Dia bilang, “Atama ga ii, ne…” Artinya otaknya cemerlang, ya. Oleh karena itu, saya semangat sekali nyoblos Pak SBY. Begitu juga dengan hampir seluruh keluarga saya. Dua periode, kami sumbang suara untuk Bapak jadi Presiden. Kami tidak menyesal.

Saudara saya pulang dari nyoblos, langsung teriak, “Demokrat!” Bahkan orang terdekat saya mengatakan perlu ada pakar telematika yang cerdas di DPR. Roy Suryo pada saat itu sangat mewakili Yogyakarta yang tradisional dengan gelar ningrat, berpendidikan, sekaligus memahami teknologi. Profil yang lengkap! Entah bagaimana nasibnya sekarang, saya enggan membahas. Takut kualat. Ntar saya jadi lupa lagu Indonesia Raya gara-gara kualat dengan Roy Suryo. No, takut kualat saya, Tweeps!

Tetapi, yang mau saya bahas adalah Bapak SBY sendiri, sebagai Presiden RI ke 6 yang saya banggakan. Saya ingat pula, saat ada diskusi politik di Amerika Serikat dengan beberapa aktivis politik di Colorado, Amerika Serikat. Beberapa dari mereka mengatakan bahwa Pak SBY terlalu baik. Terlalu banyak kompromi, sehingga tidak tegas dan tidak sadar saat dia dimanfaatkan. Saya pun mati-matian membela Bapak dengan mengatakan bahwa untuk menjaga kedamaian dan kestabilan kadang kompromi harus banyak dilakukan. Saya tidak pernah menyesal membela Bapak.

Yang saya sesali sekarang adalah bagaimana pak SBY sudah terlalu larut dalam cawe-cawe dolanan anak lanang. Tahu kan Pak maksudnya?

Ketika ada penonton berteriak kencang bahwa Pak SBY tidak adil dan berbuat dzalim dalam pertandingan, Pak SBY malah berkata, “Angin menerpa saya dan keluarga saya. Menerpa dengan sangat luar biasa… Saya juga mohon doa restu, agar saya kuat menghadapi ini semua.” Helloooo! Itu angin dari kipas angin Bapak sendiri. Malah, tidak tanggung-tanggung, kedua kalinya, Bapak bilang lagi di tulisan Bapak, “Saya dihabisi tanpa ampun.”

Hadeh, Pak SBY yang terhormat. Bapak selalu menggunakan retorika menjadi korban. Lagu lama yang sama, yang diputar berulang-ulang. Udah nggak mempan, Pak! Bahkan, untuk saya yang loyalis Demokrat ini. Maaf Pak, tapi itu lagu usang. Kalau kata Mbak Dian Sastro: basi!

Bapak seolah menempatkan diri sendiri sebagai “korban pembunuhan karakter.” Padahal, Pak SBY sendiri sedang melakukan “bunuh diri karakter.” Dengan segala rasa hormat, mohon sadarlah pak, jangan bunuh diri!

Sebagai negarawan, seharusnya pak SBY menjaga jarak dengan situasi ini. Pertama, Bapak punya kepribadian ganda, eh, peran ganda. Bapak adalah mantan Presiden, sekaligus Bapak kandung (fix, nggak perlu tes DNA, apalagi setelah dengar Ananda nyanyi) dari salah satu kandidat politik Gubernur, Agus Yudhoyono. Itu dua hal yang menyatu, Pak.

Ingin Menang Ratusan Ribu Bahkan Jutaan Rupiah??
Hanya Dengan Modal Rp 15.000,- Saja.
 MENANG MENANG

0 Response to "Untuk Pak SBY Mohon Untuk Tidak Bunuh Diri Ya."

Posting Komentar